Get Gifs at CodemySpace.com

Senin, 30 Januari 2012

resume

BAB I
Pengertian IPS dan Pendidikan IPS
Ø  IPS : nama mapel integrasi dari mapel Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mapel ilmu social lainnya dgn cirri khasnya u/ SD & Menengah adalah sifat terpadu ( integrated )
Ø  Pendiddikan IPS ( Social Studies ) : mengacu pada disiplin-disiplin ilmu social dgn tujuan memberikan kesempatan kepada siswa u/ mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yg memungkinkan mereka dapat mejadi WN yg berpartisipasi aktif dlm masyarakat yg demokratis

Perkembangan Pengertian IPS
Ø  Social Studies : upaya membatasi ilmu-ilmu social u/ penggunaan secara paedagogik ( The National Herbart Society papers of 1896-1897 )
Ø  Social Studies : bidang khusus dalam pemanfaatan data ilmu-ilmu social sebagai tenaga dlm memperbaiki kesejahteraan umat manusia ( CSS : 1913 )
Ø  Social Studies : konsep pilihan dari ilmu-ilmu social dengan tujuan u/ memperbaiki nasib orang miskin dan kaum buruh perkotaan yg kurang beruntung ( Heber Newton )
Ø  Social Sciences as the core of curriculum  / ilmu social sebagai inti dari kurikulum           ( NCSS : 1935 )
Ø  Social studies : ilmu social yang disederhanakan u/ tujuan pendidikan ( Edgar Wesley : 1937 )
Ø  ilmu sosial adalah studi terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi sipil. Dalam program sekolah, studi sosial menyediakan terkoordinasi, menggambar studi sistematis pada disiplin ilmu seperti antropologi, ekonomi, arkeologi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu alam. Tujuan utama dari ilmu sosial adalah untuk membantu peole muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga masyarakat, budaya beragam demokratis di dunia yang saling tergantung.( NCSS : 1993 )

Pengertian Pendidikan IPS dalam konteks Indonesia
Ø  Pendidikan IPS : penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu –ilmu social dan humaniora , serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis u/ tujuan pendidikan.u/ SD,SMP,SMA ( Somantri, 2001:92 )
Ø  Pendidikan IPS : seleksi sda .( PT & LPTK )
Ø  PIPS dlm kurikulum sekolah : mapel wajib ( UU Sisdiknas no 20 thn 2003 )
Ø  PIPS sbg kajian akademik / IPS sbg pendidikan disiplin ilmu adalah PIPS sbg seleksi dan integrasi dr disiplin ilmu social dan ilmu lain yg relevan.

PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.
Ø  Karakteristik PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu :
·         Terpadu ( integrated )
·         Interdisipliner
·         Multidimensional
·         Cross-disipliner
Ø  Lima tradisi social studies :
·         IPS sbg transmisi kewarganegaraan ( social studies as citizenship transmition )
·         IPS sbg ilmu-ilmu social ( social studies as social sciences )
·         IPS sbg penelitian mendalam ( social studies as reflective inquiry )
·         IPS sbg kritik kehidupan social ( social studies as social criticism )
·         IPS sbg pengembangan pribadi individu ( social studies as personal development of the individual )
Ø  PIPS sbg disiplin ilmu : PIPS yg dikaji dan dikembangkan secara ontologism , epistemologis, dan aksiologis di PT baik jenjang S1, S2, S3.
Ø  Pendidikan disiplin ilmu social : seleksi dr struktur disiplin akademik ilmu-ilmu social ygdiorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis u/ mewujudkan tujuan pendidikan FPIPS dalam kerangka pencapaian tujuan nasional yg berdasarkan Pancasila dan UU Sisdiknas.
Ø  Unsure-unsur disiplin ilmu ;
·         A community of scholars
·         A body of thinking, speaking, writing by these scholars
·         A method of approach to knowledge
Landasan pendidikan IPS
1.      Landasan FILOSOFIS
Menentukan apa objek kajian atau domain apa saja yg menjadi kajian pokok dan dimensi pengembangan PIPS. ( filsafat perennialsm, essentialsm, progressivism, reconstructionism : Brameld, 1955 ; O’Neil, 2001 )
2.      Landasan IDEOLOGIS
Mmemberikan system gagasan yg bersifat ideologis thd PIPS yg tidak cukup diatasi hanya oleh filsafat yg bersifat umum.( O’Neil : 2001 )
3.      Landasan SOSIOLOGIS
Memberikan dasar sosiologis thd pranata dan institusi pendidikan dalaam proses perubahan social yg konstruktif ( Dewey, 1964; ( Kuhn, 2001 )
4.      Landasan ANTROPOLOGIS
Memberikan dasar social – cultural masyarakat thd struktur PIPS sbg pendidikan disiplin ilmu dalam proses perubahan social yg konstruktif ( Pai, 1990 )

5.      Landasan KEMANUSIAAN
Menentukan karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan
6.      Landasan POLITIS
Menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS.
7.      Landasan PSIKOLOGIS
Menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya.
8.      Landasan RELIGIUS
Ttg nilai-nilai, norma, etika, dan moral yg menjadi jiwa yg melandasi keseluruhan bangunan PIPS, khususnya pendidikan di Indonesia.


BAB II
IPS
Ø  IPS SD : nama mapel yg berdiri sendiri sbg integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan yg mementingkan dimensi pedagogic dan psikologis serta kemampuan berpikir siswa yg holistik
Ø  IPS SMP : mapel yg terdiri atas sejarah, geografi, dan ekonomi
Ø  IPS SMA :
·         Salah satu jenis program studi ( A3 )
·         Sejumlah mapel yg termasuk ke dalam disiplin ilmu-ilmu social ( tata Negara, sosiologi antropologi, ekonomi, geografi, dan sejarah )
Ilmu-ilmu Sosial
Ø  Disiplin ilmu social : semua disiplin akademik yang berkaitan dengan manusia dalam konteks social ( Norman MacKenzie , 1966:7 )
Ø  Disiplin ilmu social mengkaji perilaku manusia, dan memandang situaasi peristiwa umat manusia dari perspektif yang agak berbeda dan unik.
Ø  Ada 8 disiplin ilmu yang mendukung pengembangan social studies yaitu :
·         Antropologi, ekonomi, geografi, filsafat, ilmu politik, psikologi, psikologi, dan sosiologi.
Ø  Objek kajian disiplin ilmu social adalah manusia
Ø  Disiplin ilmu social meliputi :
1.      Antropologi : mempelajari budaya manusia
a.       Antropologi social : mempelajari kelp. Manusia yg ada saat ini yg menggunakan cara hidup tertentu.
b.      Etnologi : spesialisasi dalam mengumpulkan info tentang segala aspek budaya yg ada melalui kerja lapangan
c.       Antropologi bahasa : mempelajari bahasa yg digunakan manusia dengan focus kajian penggunaan bahasa dalam konteks social
d.      Antropologi fisik : menggunakan teknik ilmu pengetahuan alam dalam studi MH.
e.       Arkeologi : menggunakan teknik penggalian dan analisis ilmiah sisa –sisa MH u/ merekonstruksi cara hidup manusia yg telah musnah
f.       Primatologi : mempelajari perilaku kelp. Primat bukan manusia ( baboon, simpanse, dan gorilla )
Ilmu Ekonomi
Ø  Adalah suatu studi ttg bagaimana langkanya sumber yg dimanfaatkan u/ memenuhi keinginan manusia yg tidak terbatas.
Ø  Ahli ekonomi mikro : mengkaji perilaku individu-individu, persoalan RT, perusahaan dan pasar.
Ø  Ahli ekonomi makro : mengkaji keberfungsian ekonomi secara keseluruhan
Geografi
Ø  Mempelajari prmukaan bumi dan bagaimana manusia mempengaruhi serta dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya.
Ø  Geografi fisik : mempelajari aspek fisik bumi ( iklim, tanah, sumber air, penyebaran tanaman dan binatang, dan bentuk tanah )
Ø  Geografi budaya : mempelajri penyebaran penduduk pada suatu wilayah tertentu.
Ø  Kartografi / pemetaan : mempelajari pencatatan lokasi penduduk dan tempat di bumi
( bukan ilmu social )
Sejarah
Ø  Adalah studi ttg kehidupan manusia di masa lampau
Ø  Keterbatasan par sejarawan dalam menggambarkan kehidupan masa lampau :
1.      Kurangnya catatan yg lengkap dari peristiwa masa lalu.
2.      Keterangan masa lampau kadang berat sebelah dan menyimpang
Penyimpangan sejarah bisa disebabkan oleh :
a.       Banyak orang yg meninggalkan catatan sejarah lebih lengkap dari pada orang lainnya
b.      Banyak kelp. Orang yg menyimpan catatan sejarah yg lebih lengkap daripada kelp. Lainnya.
c.       Adanya kecenderungan u/ memfokuskan pada peristiwa dan pribadi orang aneh dan spektakuler.
d.      Menulis sejarah yg menggambarkan penyimpangan menurut nasionalisme / ras dari sejarahwan
e.       Menilai peristiwa dan orang zaman dahulu dengan nilai dan ukuran sekarang
f.       Membiarkan pengetahuan kita ttg peristiwa sejarah kontemporer mempengaruhi analisis, misalnya, sebab da akibat.
Ilmu Politik
Ø  Mempelajari kebijakan umum ( public policies ) ( ttg perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia dalam masyarakat khususnya dalam pemerintahan.
Ø  Bidang kajian khusus :
·         Tingkatan pemerinthan : Negara dan pemerintah daerah, pemerintah pusat, hub. Internasional,
·         Fungsi pemerintahan : proses legislative, eksekutif, dan peradilan, hokum, perilaku politik, dan administrasi umum.
Psikologi.
Ø  Mempelajari perilaku individu-individu dan kelp kecil individu.
Ø  Spesialisasi dalam psikologi :
·         Psikologi perkembangan : mengkaji aspek perkembangan manusiaselama hidupnya.
·         Psikologi eksperimen : menggunakan pendekatan eksperimental u/ mempelajari perilaku manusia secara individu
·         Psikologi social : perilaku manusia dalam kelp
·         Psikologi kepribadian : mempelajari perkembangan dan hakikat kepribadian manusia.
·         Psikologi pengetahuan : bagaimana manusia berpikir dan belajar
·         Psikologi klinis : meneliti perilaku manusia terdidik yang tidak normal.
Sosiologi
Mempelajari perilaku manusia dalam kelompok

Sabtu, 28 Januari 2012

BAB

BAB II
PEMBAHASAN
A.  IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN PKn DI SD

Masalah yang ditemui dalam setiap pembelajaran memang sangat komplek. Masalah tersebut datangnya bisa dari kurikulum, guru, siswa, sarana prasarana, sumber belajar, dan lain-lain. Namun sayangnya banyak pendidik yang masih kurang peka terhadap permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan pengalaman mengajar PKn, di sini penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan yang pernah penulis hadapi, yang menyebabkan pembelajaran PKn cenderung kurang menarik, dianggap sepele, membosankan, dan bermacam-macam kesan negative lainnya. Masalah-masalah tersebut antara lain:

1.    Kurikulum yang terlalu berat
Menurut penulis, konten atau muatan kurikulum PKn untuk tingkat SD terlalu tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan anak usia SD. Misalnya saja untuk materi kelas VI SD semester II. Penulis ambil contoh
Standar Kompetensi: 2 Memahami system pemerintahan Republik Indonesia
Kompetensi Dasar:          2.1  Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada
        2.2  Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara            sesuai UUD 1945 hasil amandemen
        2.3  Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah

Materi-materi tersebut selaain terlalu tinggi bagi siswa juga belum memiliki manfaat, urgensi, dan kegunaan bagi kehidupan siswa. Artinya kalaupun materi itu nanti dipelajari oleh siswa akhirnya sasarannya hanya pada aspek kognitif saja, tidak menyentuh kehidupan siswa
2.    Kurangnya kemampuan dalam menangkap kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .

Dalam melakukan penelaahan terhadap SK dan KD selama ini penulis sendiri masih banyak kekeliruan. Akibatnya apa yang disampaikan menjadi salah sasaran. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada Standar Kompetensi kelas VI semester I.
Standar Kompetensi: 1   Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Kompetensi Dasar:1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses  perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari

Karena kesalahan dalam menangkap esensi dari SK dan KD maka pembelajaran cenderung hanya mengarah pada pencapaian aspek kognitif.
Seperti contoh SK dan KD di atas, selama ini penulis hanya menekankan pada bagaimana Proses Perumusan Pancasilanya saja (kognitif), sehingga ketika evaluasi pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasilanya, misalnya “siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyi rumusannya”.

Kondisi semacam ini menyeababkan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa justru terabaikan, misalnya bagaimana siswa mampu menghargai semangat para pejuang dalam merumuskan Pancasila, bagaimana menghargai perbedaan pendapat dalam suatu musyawarah, dan bagaimana meneladani nilai juang para tokoh yang oleh siswa dapat diaplikasikan dalam belajar. Dan ternyata ini juga terjadi pada tim penyusun soal Ujian tingkat Kabupaten. Padahal kata kunci dari SK dan KD tersebut (Menghargai dan Nilai-Nilai Juang) maka pembelajaran akan menekankan pada aspek Afektif dan Perilaku siswa.

3.    Praktek mengajar konvensional
Pembelajaran PKn selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan konvensional. Selama pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Siswa hanya menjadi pendengar di dalam kelas, kemudian mengerjakan atau menjawab soal. Pembelajaran berlangsung monoton, dan guru menjadi satu-satunya sumber informasi. Selain itu, dalam pembelajaran jarang yang menggunakan media yang menunjang. Pembelajaran semacam ini jelas akan sangat membosankan dan tidak menarik

4.    Pembelajaran tidak realitas ( kontekstual)
Materi PKn sebenarnya banyak yang bisa diajarkan sesuai realitas kehidupan siswa. Namun, dalam prakteknya karena sudah terbiasa mengajar dengan ceramah, akhirnya,semua materi disajikan dalam bentuk ceramah dan Tanya jawab. Akibatnya apa yang didapat siswa sekedar apa yang disampaikan oleh gurunya. Itupun kalau dapat terserap semua. Penulis ambil contoh tentang materi kelas I semester II.
Standar Kompetensi: 4 Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah
Kompetensi Dasar:    4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah
4.2    Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Materi ini sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan siswa. Jika materi ini kemudian disajikan dengan ceramah saja, maka yang terjadi kemudian kompetensi yang terdapat dalam Standar Kompetensi  tersebut tidak akan tercapai. Tujuan pembelajaran lagi-lagi hanya mengarah pada pencapaian kemampuan kognitif. Padahal materi ini menuntut adanya aplikasi, bukan sekedar teori atau penerapan, bukan hafalan.
5.    Mengajar berdasarkan buku teks (Textbook centre)
Buku teks selama ini menjadi pegangan wajib. Jika kita mengajar hanya mengandalkan buku teks saja (tanpa menggunakan RPP) maka arah dan sasaran pembelajaran menjadi tidak fokus.

6.    Evaluasi hanya mengarah pada aspek kognitif.
Sebagai dampak dari kesalahan dalam mengkap esensi SK dan KD serta penggunaan metode ceramah yang menjadi andalan, maka hasil belajar yang diharapkan akhirnya hanya bermuara pada pengetahuan. Padahal hasil belajar seharusnya mencakup semua domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

B.  SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN PKn

1.    Kurikulum disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa SD
Jika berbicara masalah kurikulum, karena ini menyangkut kebijakan pusat, maka di sini penulis hanya bisa menghimbau agar kurikulum PKn untuk tingkat SD disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak usia SD. Materi yang disajikan paling tidak mempunyai kesesuaian dengan tingkat usianya, mempunyai urgensi dan manfaat bagi kehidupan siswa. Seperti contoh materi tentang Pemilu dan Pilkada, menurut penulis materi tersebut belum waktunya diberikan pada tingkat SD, apalagi anak usia SD belum terlibat langsung dalam kegiatan Pemilu dan Pilkada tersebut.

2.    Menangkap esensi atau kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan benar.
Kesalahan dalam menangkap esensi dari SK dan KD akan sangat mempengaruhi penyusunan tujuan dan evaluasi. Kesalahan ini juga akan
berdampak pada pencapaian kompetensi itu sendiri.
Dalam menelaah SK dan KD kita harus mampu melihat dan membaca dengan cermat apa yang diinginkan dalam SK dan KD tersebut. Kalau kita sudah mampu menangkap kata kuncinya maka akan kita rumuskan indikator apa yang menunjukkan pencapaian kompetensi itu. Seperti contoh di depan, untuk Standar Kompetensi kelas VI semester I yaitu Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Jika kita dapat menangkap kata kunci dalam SK ini maka penekananya bukan pada sejarah proses perumusan Pancasilanya, tetapi lebih menekankan bagaimana siswa mampu menghargai nilai-nilai juang para tokoh tersebut dan meneladaninya. Apa indikator dari “menghargai” dan “apa saja nilai-nilai juang” yang bisa dicontoh oleh siswa, misalnya tentang nilai kebersamaannya, semangatnya, menghargai perbedaan pendapat, dan lain-lain.

Terkait dengan hal di atas, maka bentuk penilaiannya tidak harus dalam bentuk tes tertulis. Sehingga tidak akan terjadi lagi ketika evaluasi pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasilanya, misalnya “siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyi rumusannya”, yang semuanya hanya bersifat kognitif saja. Nilai-nilai afeksi yang sebenarnya menjadi arah dalam SK ini.

3.    Mengajar dengan pendekatan Konstruktivisme
Melaksanakan pendekatan pembelajaran Konstruktivisme akan banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplor potensi yang ada dalam dirinya. Pendekatan ini juga akan memberikan ruang bagi siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, bukan diberi, sehingga belajar akan lebih bermakna bagi dirinya. Siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bukan sekedar menjadi pendengar.

Dengan menggunakan multi metode, multimedia, dan multi sumber, pembelajaran akan lebih menarik, menantang, dan bermakna bagi siswa. Pemilihan metode, media, dan sumber yang tepat juga akan sangat mempengaruhi keberhasilan dan kebermaknaan pembelajaran. Misalnya untuk mengajarkan materi tentang Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Materi ini akan lebih tepat diajarkan dengan metode Bermain Peran atau menggunakan media Film dari pada ceramah. Atau untuk melatih kemampuan berpikr kritis, kita bisa menggunakan Peta Konsep, Belajar Berdasarkan Masalah, atau Problem Solving.

4.    Belajar Berdasarkan Realitas
Belajar akan bermakna bagi siswa jika apa yang dipelajari adalah apa yang bermanfaat bagi kehidupannya. Peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar siswa bisa menjadi topik menarik untuk dipelajari. Dan ini akan dapat menumbuhkan kepedulian sosial siswa.

Misalnya kasus “kenakalan remaja” yang sering terjadi bisa diangkat menjadi topik diskusi yang tepat untuk mengajarkan KD  4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya. Dengan mendiskusikan masalah ini siswa akan terlatih berpikir kritis terhadap fenomena yang terjadi dilingkunagnnya. Dengan kemampuan berpikirnya itulah diharapkan siswa akan mampu menghadapi segala persoalan yang dihadapi baik sekarang maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Semua bermula dari Realitas.

5.    Mengajar harus memiliki persiapan (RPP)
RPP memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar. RPP bisa diibaratkan Kompas atau penunjuk arah bagi guru untuk menentukan ke mana pembelajaran akan dibawa. Jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan RPP dan hanya mengandalkan buku teks, maka yang akan terjadi adalah proses belajar yang tidak terarah dan fokusnya tidak jelas, karena apa yang disampaikan guru hanya apa yang ada dalam buku teks tersebut. Segalanya perlu dipersiapkan.

6.    Evaluasi bersifat Total (Kognitif, Afektif, Psikomotor)
Hasil belajar tidak hanya diukur dari kemampuan kognitif saja. Seperti telah dicontohkan di depan, bahwa untuk mengevalusi materi pada Standar Kompetensi: 4 Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, tidak cukup dievaluasi dengan membuat pertanyaan “ apa yang dimaksud kewajiban?” Tapi lebih dari itu, siswa diharapkan memiliki sikap dan perilaku  “Bertanggung jawab”  terhadap kewajibannya.

Dalam mata pelajaran PKn Pengembangan nilai-nilai afeksi dan dan karakter harus menjadi prioritas. Apalah artinya pandai secara akademik tanpa diimbangi dengan karakter dan akhlak yang mulia. Dalam rangka pengembangan nilai-nilai afeksi dan karakter ini, peran guru sangat penting, karena guru adalah figure yang banyak dicontoh oleh murid-muridnya, terutama untuk tingkat SD. Guru tidak cukup memberi contoh, tapi harus bisa menjadi contoh.